A LUTA CONTINUA!

Proclamação da RENETIL 20 de Junho de 1988
RESISTENCIA NACIONAL DOS ESTUDANTES DE TIMOR LESTE
Kria Sociedade nebe kritika, civika no soberana Formasaun Cidadania Hametin instituisaun estadu Kontrola no promove desenvolvimentu social

20 Junho 1988
Fundadores
Kongreso
Historia Congresso Estrutura Document
Hilmar Farid
“Renetil bagi saya bukan sekedar organisai, tapi dia adalah sebuah komitment, dia adalah sebuah senar" - HILMAR FARID (Gerakan Solidaritas untuk Timor).
Fernando La Sama
"prepara elementus profisionais ho konsiensia revolusionaria para rekonstrusaun nasional. Revolusionario ho sentidu katak anti korupsaun, anti nepotismo, anti buat ida dehan katak KKN, servi lolos povu tuir saida mak povu nia hakarak" (AMRT - Arquivo & Museu da Resistência Timorense)
Fernando Lasama Miguel Manetelu Jose Neves Samalarua Francisco JMB Belo

sexta-feira, 4 de janeiro de 2008

SELAYANG PANDANG RENETIL

LIBERTA volume 07/I/27 Juni - 3 Juli 1999

Suatu perjuangan yang menuntut pilihan yang tak ringan karena bisa mendatangkan korban. Ada yang mengorbangkan uang kuliah, mata kuliah, uang kost, pemilikan kesukaan bahkan mengorbankan perut demi perjuangan. Itulah perjuangan anak KOST yang tak mengenal lelah.
Sisa-sisa korban invasi regim agresor Soeharto masih terlihat jelas, bongkahan-bongkahan bangkai masih berserakan belum banyak yang berubah yang ada hanyalah mobilisasi serdadu-serdadu Indonesia yang melakukan operasi seroja hingga operasi teritorial.

Intel-intel dan kaki tangan Indonesia berkeliaaran disegala pelosok menyamar menjadi penjaja pakaian bekas hingga penjual siri, negeri ini menjadi asing pemiliknya, penjajah bersombong hati seolah negeri ini miliknya, harga diri rakyat semakin dicampakkan, kaum hawa Timor Lorosa'e difungsikan untuk pemuas seks serdadu-serdadu neokolonialis Indonesia. Banyak pemuda yang diperbudak oleh para serdadu di beberapa propinsi Indonesia.

Dikala hegemoni penjajah itu membodohi rakyat Timor Lorosa'e, pemuda Lorosa' e yang berada di seberang lautaan sinsingkan legan baju untuk menjawab segala tindakan brutal yang dilakukan Militer Indonesia di Timor Lorosa'e. Anak bangsa Timor Lorosa'e yang berada dinegeri orang, ibarat berada dimulut harimau namun terpikir dalam benak mereka bahwa sekaranglah saat yang paling tepat melakukan sesuatu demi membebaskan bangsa dan rakyat Timor Lorosa'e dari kungkungan penjajah.

Pada mulanya hanya percakapan-percakapan biasa sambil melintasi jalan, kadang di warung, di tempat kost, kadang juga menghabiskan waktu di pantai, percakapan itu sering berakhir tanpa suatu kesimpulan dan berlalu begitu saja seolah ditelan gelapnya malam.

Seiring dengan hari-hari yang beralalu percakapan-percakapan itupun semakin diintensifkan sehingga mengajak mereka dalam suatu kesimpulan. Saat itu di Bali yang lebih dikenal dengan pulau Dewata para pemuda yang mempunyai selera yang sama dimana didasari dengan rasa cinta kepada tanah air Lorosa'e yang semakin tumbuh sehingga tepat pada pukul 21.00, 20 juni 1988 mereka sepakat untuk mendirikan suatu wadah dengan nama RENETIL (Resietencia Nacional das Estudantes de Timor Leste ) sekaligus memproklamirkannya. Proklamatornya sepuluh orang mahasiswa terbaik diantaranya Kompanhero Rama Metan (member CNRT), SC , Lasama (sekjen RENETIL hingga kini), Sakar Subar, Maulamas, JC dan Mauterus. Sebagai anak bangsa Timor Lorosa'e didaerah indonesia. Mereka terbebani pikiran bahwa sudah saatnya kita memgiplementasikan sumber daya kita untuk bangun dan mendukung FALINTIL dengan melakukan konsolidasi masa dan menjalin jaringan bawah tanah dengan organisasi perlawanan di tanah air.

Ketika itu orang yang berbicara politik masih sedikit dan bisa dihitung dengan jari, kesadaran tentang essensi kemerdekaan bagi kalangan Mahasiswa dan Pelajar sangat tabu untuk dibicarakan, rakyat hanya dimobilisir untuk mendukung operasi militer ABRI terhadap pasukan kemerdekaan Timor Lorosa'e, menginfiltrasi budaya Jawa lewat program transmigrasi ke Maliana, Suai dan Liquica terus berjalan, untuk mengeliminir segala aktivitas penjajah Indonesia yang kami lakukan pertama adalah melakukan surat menyurat dalam negeri dan luar negeri.

Setelah berdirinya di pulau Dewata kesepuluh pemuda pendirinya ini mulai memperluas jaringan mereka ke seluruh pulau di Indonesia khususnya di Jawa dimana keberadaan pelajar dan mahasiswa Timor Lorosa'e, mereka juga memperluas jaringannya di Timor Lorosa'e sendiri dan di luar negeri. Karena berada di tengah-tengah lawan yang represif dan ganas, belum lagi resiko medan yang berat ini menuntut sistem kerja dan komonikasi benar-benar dalam klandestin. Namun karena keberanian dan memiliki jiwa patriotisme yang tinggi kesepuluh pendiri ini tetap mencoba untuk menambahkan jumlah anggota untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang kongkrit sehingga dapat mendukung aktivitas perjuangan di Timor Lorosa'e. "Kami belum berani rekrut anggota yang banyak karena pertimbangan kondisi saat itu sangat krusial (rawan), sehingga praktis hanya kami sepuluh orang pendiri RENETIL yang menjalankan roda organisasi" kata SC salah seorang pendiri Renetil.

Selanjutnya, selang beberapa minggu para pendiri ini langsung melaporkan berdirinya RENETIL pada Commando (FALINTIL). Perasaan haru dan heroik menyelimuti misi para pemuda ini ketika September sore itu mereka diterima komando dengan nada heroik sejati berkata "mulai detik ini api perjuangan mulai berkobar dalam hidup bangsa maubere, gerilyawaan dan negarawan kita yang dulu wafat kini telah bangkit". Dan selang bulan, tepatnya bulan september 1988 mereka juga mulai membuka sayap untuk membuka jaringan kerja dengan Organizacao Juventude de Timor Leste (OJETIL) yang berdiri setahun lebih awal dari Renetil.

Dengan diketahui bahwa perlawanan di Timor Lorosae pada waktu itu sudah terorganisir dengan suatu struktur kepemimpinan dalam wadah CNRM (Conselho Nacional da Resist_ncia Maubere), maka RENETIL sebagai organisasi perlawanan yang baru perlu bernaung di dalam wadah itu. Sebagai basis untuk membangun segala kegiatannya RENETIL memperkenalkan diri kepada Comando da Luta pimpinan Kay Rala Xanana Gusm_o sebagai Presiden CNRM dan Panglima Tertinggi Falintil dan menyatakan kesediaannya untuk taat kepada Comando da Luta dalam perjuangannya. Selanjutnya RENETIL diakui sebagai satu organisasi perlawanan baru di kalangan kaum muda pelajar dan mahasiswa di dalam keseluruhan perlawanan nasional.

Pada malam yang indah sambil meneguk secangkir kopi Kamandan FALINTIL KAY RALA XANANA GUSMAO membagi tugas kepada utusan Renetil bahwa wilayah kerja Renetil meliputi Indonesia sedangkan OJETIL meliputi Timor Lorosa'e. Berdasarkan AD/ART RENETIL bukan suatu organisasi kepartaian melainkan organisasi perjuangan, tujuan utama adalah berjuang demi memerdekan bangsa dan rakyat setelah itu RENETIL akan berbaur dengan masyarakat untuk membangun Timor Lorosa'e.

Di Tengah-Tengah Front Bersenjata dan Front Diplomatik Renetil diperkenalkan dan disubordinasi ke suatu posisi bagaikan penghubung kedua FRONT yang lain. Jalinan komunikasi dan kontak langsung dengan Front Bersenjata lewat jaringan-jaringan klandestin di Timor Lorosae semakin lancar dan akrab. Demikian pula komunikasi ke luar negeri terutama dengan tokoh-tokoh perlawanan seperti Ramos Horta termasuk Ab_lio Araújo pada waktu itu, semakin lancar dan bersifat membangun. Surat menyurat dan tukar menukar informasi dan pesan lewat kaset dengan Pemimpin Perlawanan Kay Rala Xanana Gusmao dan para pemimpin perlawanan lain di Front Bersenjata berupa kata-kata maupun nyanyian-nyanyian perjuangan untuk saling mendukung dan memperkuat semangat juang, sangat mengesankan hati dan tidak jarang meneteskan air-mata karena kerinduan mendalam akan suatu kebersamaan di dalam alam kemerdekaan yang damai.

Jalinan komunikasi dan informasi dengan Front Diplomatik di luar negeri menyebabkan Pulau Dewata bagaikan sebuah daerah kantong perlawanan di wilayah kedaulatan Indonesia yang mengundang wartawan, aktivis solidaritas untuk masalah Timor Lorosae maupun diplomat mancanegara mampir dengan berbagai cara untuk melihat dapur pengolahan menu perjuangan yang baru dibangun ini. Semakin banyak mata ditujukan kepada Organisasi ini, semakin banyak tugas yang harus diembang dan tantangan-tantangan di medan kerjapun tidak sedikit. Namun ucapan-ucapan perjuangan, A LUTA CONTINUA, RESISTIR _ VENCER, P_TRIA OU MORTE, yang selalu muncul dalam surat-menyurat dan pesan-pesan lewat kaset antara Pemimpin Perlawanan dengan setiap bawahannya dan siapa saja yang yang menjadi partner komunikasi bagaikan "pil-kita" dalam menyeberang arus badai perjuangan.

Seiring dengan waktu yang terus berjalan, semakin banyak pula tugas dan tanggung jawab yang diembang oleh Renetil sehingga dituntut untuk menambah keanggotaan Renetil dan membuka sayap ke seluruh wilayah indonesia khususnya mencakupi seluruh pulau Jawa. Namun dalam menjalankan aktivitasnya tetap mengandalkan sistem klandestin yang dimilikinya baik dari jaringan kerja dengan kelompok-kelompok perjuangan lainnya maupun komonikasi antar wilayah dan basis perjuangan Renetil di Indonesia, Timor Lorosa'e dan Luar Negeri.

Dengan bertambahnya anggota, dan perkembangan tahap-tahap perjuangan baik di Tanah-Air Timor Lorosae maupun di luar negeri adalah tidak mungkin RENETIL dalam aktivitasnya politiknya tidak diketahui oleh lawan politiknya. Tantangan demi tantangan, sampai pada tekanan pun di hadapi oleh para pemuda Maubere yang tergabung dalam Organisasi ini. Walaupun lawan politik dalam hal ini bukan politikus tulen tetapi militer tulen sehingga kekuatan yang dihadapi adalah kekuatan militer yang terlatih. Selain tantangan yang dilancarkan oleh musuh terhadap Renetil secara langsung, peristiwa-peristiwa nasional yang menggoyahkan seluruh keberadaan resistensi ikut menciptakan masa krisis bagi Renetil. Seperti pembantaian St. Cruz, penangkapan Xanana Gusm_o, penangkapan Ma'Hunu dan meninggalnya seorang figur yang dikagumi pula oleh kaum muda, Nino Konis Santana. Namun Renetil tetap pada prinsipnya untuk pembebasan tanah air dan pembabasan rakyat dalam mottonya "Bersatu dan Aksi" walaupun hanya mengandalakan dan dengan modal keberanian serta cinta akan Tanah Air Renetil melangkah dengan andalan keuangan seorang anak-kost di perantauan. Selain iuran anggota wajib setiap bulan, seringkali harus menarik tambahan lainnya bila kegiatan-kegiatan mendadak menuntut lebih. Suatu pilihan yang tidak ringan karena bisa mendatangkan "korban". Ada yang mengorbankan mata-kuliah, atau pemilikan kesukaannya bahkan mengorbankan perut demi perjuangan. Namun demikian, jiwa solidaritas dibentuk dan diterapkan dalam situasi demikian. Yang masih memiliki sesuatu membagi dengan yang tidak punya.

Sejalan dengan tugas dan tanggung jawab serta eksistensi perjuangan Renetil di wilayah kedaulatan RI, pelanggaran demi pelanggaranpun sering terjadi di Timor Lorosa'e seperti pada tahun 1991 sebuah peristiwa pembantaian di St.Cruz, yang lebih dikenal dengan "pemabantaian 12 November", sesudah itu para mahasiswa dan pelajar se-Jawa dan Bali mengadakan reaksi terhadapa peristiwa tersebut dan beberapa pemimpin RENETIL, termasuk Lasama Sekretaris Genderalnya ditangkap dan dipenjarakan selama 9 tahun. Peristiwa ini menyebabkan lingkungan mahasiswa Timor Lorosae menjadi sepi sejenak. Penangkapan dan pengejaran oleh pihak militer menyebabkan anggota RENETIL tercerai-berai. Bahkan ada yang mengorbangkan kuliahnya sampai sekarang. Semua kegiatan menderita dampak dari peristiwa ini, termasuk terbitan dwi bulan boletin Neon Metin yang distribusinya sudah menembusi mancanegara (Potugal, Brasil, Ingris, Mozambike) dan tersebar di Timor Lorosae berhenti terbit.

Namun dengan komitmen bahwa perjuangan harus diteruskan maka, usaha-usaha reorganisasi dimulai lagi pada akhir bulan Februari 1992 dari pulau Jawa menuju Bali dengan mengecek kembali keberadaan anggota dan para penanggung jawab. Kemudian disusul dengan pertemuan-pertemuan untuk mengadakan evaluasi, namun masih terbatas karena masalah dana dan soal keamanan. Reorganisasi memang berjalan lambat karena faktor-faktor diatas, namun berhasil dibentuk Komisi Ad Hoc yang dikokohkan pada peringatan Pembantaian St. Cruz yang pertama, di kota Surabaya. Kegiatan Komisi ini sudah berjalan sebelumnya secara klandestin dengan berbagai kekurangan. Masa kerja Komisi ini pun tetap berhadapan dengan berbagai tantangan.

Pada tanggal 20 November 1992 Pemimpin Karismatik Perlawanan Nasional Xanana Gusm_o ditangkap. Peristiwa ini merupakan suatu pukulan psikologis bagi perlawanan, terutama kaum muda. Komisi Ad Hoc ini menghadapi beban psikologis para anggota dan kaum muda yang lain dan bagaimana mengatasinya. Ada musuh di luar yang harus diwaspadai dan musuh di dalam diri kita yang harus dibasmi yaitu rasa cemas dan kegoncangan keyakinan karena figur seorang pemimpin karismatik yang disanjung dicemarkan dengan sebuah drama politik yang tertutup kabut tebal. Kemudian Ma'Huno tampil menggantikan Xanana untuk melanjutkan kepemimpinan perjuangan. Komisi ini segera mengadakan komunikasi dengan Ma'Hunu untuk menyampaikan ucapan selamat atas tugasnya, serta dukungan dan submisi RENETIL kepada kepemimpinannya. Namun nasib Ma'Hunu di puncak kepemimpinan tidak lama, karena ditangkap pula oleh pasukan militer Indonesia di wilayah Ainaro. Bagaimanapun setiap peristiwa yang dialami seorang pemimpin memiliki dampak psikologis terhadap resistensi. Sehingga Organisasipun menderita beban yang sama.

Penangkapan dan proses hukum terhadap setiap pejuang Timor Lorosae ada dampak negatifnya. Namun demikian proses hukum itu sendiri menjadi suatu kesempatan sosialisasi masalah Timor Lorosae di kalangan prktisi hukum dan aktivis pro-demokrasi dan HAM di Indonesia. Persidangan beberapa teman yang ditangkap oleh militer Indonesia menarik perhatian khalayak mahasiswa di Indonesia dan para aktivis lainnya. Pengalaman pahit itu ternyata terselip suatu kesempatan baik untuk menyebarkan issue Timor Lorosae di mata dan hati rakyat Indonesia. Rezim otoriter dan represif Soeharto membutakan hati dan pandangan rakyat Indonesia mengenai penderitaan rakyat Timor Lorosae. Lahir strategi Indonesiacao do Conflito. Diskusi-diskusi dengan kalangan akademisi, dosen dan mahasiswa mulai digalakan dan melahirkan bibit-bibit dari putera-puteri Indonesia yang lantang menyuarakan kebebasan bagi Timor Lorosae.

Awal tahun 1990-an bagaikan musim musibah bagi perlawanan. Sesudah Nino Konis Santana menggantikan Ma'Huno, Komisi Ad Hoc RENETIL segera menjalin kembali komunikasi dengan beliau dan mengkoordinir beberapa kegiatan . Tidak lama kemudian Komisi ini mengalami lagi musibah. Pada tanggal 19 Mei 1994 Ketua Komisi Ad Hoc, Sama Larua ditangkap oleh Polisi dan dipenjarakan selama 4 tahun di Malang. Sesudah penangkapan segera diadakan beberapa perubahan dan akhirnya dibentuk Presidium yang dikoordinir oleh Lahe Mau R.M.

Kelanjutan dari pembentukan presideium tersebut dan dengan perkembanganya sampai sekarang RENETIL memiliki tiga wilayah perjuangan. Wilayah perjuangan di Indonesia yang disebut DIGERIN (Direccao Geral da Renetil na Indonesia) Sekretaris pertamanya Russo, Wilayah perjuangan di Timor Lorosae, DIGERTIL (Direccao Geral da Renetil em Timor-Leste) Sekretarisnya Calohan dan Wilayah perjuangan otonom di luar negeri, DIGAREX (Direccao Autonoma da Renetil no Exterior). Masing-masing wilayah yang dipimpin oleh sekretaris ini bertanggungjawab langsung kepada Sekretaris Genderal.

Selanjutnya RENETIL dipimpin oleh Presidium sampai diadakan Konggres RENETIL ke tiga pada tanggal 24 sampai dengan 27 Februari 1999. Untuk pertama kali RENETIL mengadakan Konggres secara terbuka dan dihadiri oleh beberapa diplomat asing seperti Duta Besar Brasil dan Ketua Interest Section Portugal di Indonesia, Dr. Ana Gomes. Selain itu beberapa wartawan asing ikut meliput jalannya Konggres. Ada pula organisasi-organisasi Solidaritas Indonesia yang selama ini akrab dengan masalah kita dan beberapa organisasi Kepemudaan Perlawanan diundang menjadi pengamat dalam Konggres ini.

Sesudah Konggres, Presiden CNRT mengundang wakil dari semua organisasi kepemudaan perlawanan untuk mengadakan pertemuan dengan beliau di Salemba. Dalam pertemuan itu, para wakil diminta untuk membentuk suatu wadah bersama bagi semua organisasi kepemudaan.

Akhirnya, dalam rangka mengadakan persiapan menuju jajak pendapat, maka kebanyakan anggota RENETIL yang berada di wilayah-wilayah Indonesia kembali ke Timor Lorosae, ke kampung halamannya. Tentu saja meninggalkan seberkah perjuangan tanpa kekerasan di wilayah Diplomatik Indonesia dan bergabung dengan beberapa organisasi perjuangan yang berada di bumi Lorosa'e dalam suatu wadah Presidium Lorico As'wain yang dibentuk bersama pada tanggal 4 April 1999. Dan perlu diketahui bahwa sebagai salah satu alat perjuangan menuju kebebasan dan kemerdekaan nasional, Renetil berada dibawah CNRT (Concelho Nacional da Resistencia Timorense) dan tunduk kepada kepemimpinan Kay Rala Xanana Gusmao Presiden CNRT. Di kalangan organisasi kepemudaan Renetil berada pula di dalam Presidium Lorico As'wain.

Demikianlah, selayang pandang Renetil ini ditulis untuk mengenang ulang tahunnya yang kesebelas pada tanggal 20 Juni 1999 lalu. Dalam kehidupannya Renetil yang berjuang bersama rakyat Indonesia untuk menunbangkan rezim otoriter Soeharto selama sepuluh tahun di wilayah Indonesia ini mulai melakukan aktivitasnya di Timor Lorosa'e dalam menghadapi jajak pendapat Agustus mendatang.

Catatan sejarah Renetil akan mengukir di setiap hati insan yang tergabung di dalam organisasi Renetil di mana pemilihan tanggal tak disengaja oleh kesepuluh amggota pendiri Renetil bertepatan dengan ulang tahun Tokoh Kharisma rakyat Timor Lorosa'e "Kay Rala Xanana Gusmao" presiden CNRT dan komandan Falintil. Sehingga dalam usianya yang ke 11 seluruh anggota Renetil yang berada di Timor Lorosa'' merayakan ulang tahunnya yang ke 11 bersamaan dengan ulang tahun Presiden CNRT Kay Rala Xanana Gusmao di New Tropical pada tanggal 20 Juni 1999 lalu.

Akhirnya, SELAMAT ULANG TAHUN RENETIL DALAM USIANYA YANG KE 11 DAN SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE 54 KEPADA PRESIDEN CNRT DAN KOMANDAN FALINTIL KAY RALA XANANA GUSMAO. ***(RM)

Sem comentários: